Booming ekonomi China selama beberapa tahun terakhir ternyata tak selamanya memberikan kabar positif bagi negara Tirai Bambu tersebut. Sektor perumahan China yang telah membangun lebih dari 40 juta rumah baru ternyata melahirkan gedung-gedung kosong tak berpenghuni layaknya 'kota hantu'.
Munculnya 'kota hantu' baru di China itu seolah menunjukkan booming ekonomi di negara tersebut ternyata lebih rentan dari apa yang terlihat secara kasat mata.
Seperti dikutip dari laman news.sky.com, salah satu kota hantu yang baru diciptakan pemerintah China adalah Kangbashi di sebelah utara China. Komplek bangunan yang diusung Partai Komunis China ini sebenarnya dirancang untuk menjadi monumen kebangkitan kesejahteraan China.
Kota Kangbashi didominasi oleh bangunan-bangunan publik menawan seperti perpustakaan berhiaskan marmer, teater bercita rasa seni, serta gedung convention center raksasa. Di dalam pusat kota bahkan terdapat dua patung kuda yang tengah berkelahi setinggi 70 meter di depan gedung Genghis Khan Square.
Kangbashi sebetulnya dibangun untuk memberikan tempat tinggal bagi satu juta penghuni. Namun, hingga saat ini baru 20 ribu orang yang menghuni kota tersebut. Sebuah komplek apartemen luas dengan standar mewah sebetulnya tersedia. Belum lagi deretan toko terpajang di depan komplek tersebut.
Ketika pemerintah China memulai pembangunan kota ini, investor antusias untuk mewujudkannya. Pemerintah kota setempat juga telah mengalokasikan 200 juta poundsterling untuk membuat jaringan jalan. Bahkan, hampir seluruh rumah di kawasan tersebut sudah terjual.
Pembeli komplek perumahan itu sebagian besar berasal dari kelas menengah China. Kalangan masyarakat baru ini membeli rumah kedua, ketiga, bahkan keempat untuk menumpuk kekayaan mereka.
Sayangnya, pembangunan Kangbashi sejak dari awal tampaknya berusaha menentang logika yang ada. Tak ada industri di kota itu, sehingga tak ada alasan bagi orang China untuk pindah ke kota baru tersebut.
Kangbashi, saat ini, bersama kota-kota mati lainnya di China, semakin mempertegas anggapan sejumlah kalangan bahwa sektor properti China tengah terancam bahaya akan munculnya gelembung properti.
Harus diakui, booming perumahan di China pada tahun ini memang mengejutkan. Lebih dari lima tahun, China telah membangun hampir 40 juta rumah baru. Di beberapa kota bahkan harga rumah telah naik tiga kali lipat pada periode yang sama.
Ekonom China Zhang Bin menilai, "Jika Anda melihat krisis finansial, hal itu juga berkaitan dengan gelembung properti."
Zhang mengatakan, harga properti yang lebih murah akan menciptakan pasar yang lebih berkelanjutan dan sehat. Namun, penurunan yang cepat mengindikasikan kontraksi yang besar dalam ekonomi dan memicu masalah seperti pengangguran.
Di Kangbashi, banyak pihak menilai, gelembung properti telah muncul.
Seorang pengusaha China, Wang Ben, setidaknya telah menghabiskan uangnya untuk membeli apartemen dua kamar. Dia mengatakan, harga properti itu kini telah turun 20 persen sejak awal tahun lalu.
Jika gelembung properti mewabah hingga ke seluruh wilayah China, hal ini bisa menjadi bencana bukan hanya bagi China, tapi juga bagi pemulihan ekonomi dunia.
China saat ini tercatat sebagai negara dengan skala ekonomi terbesar kedua di dunia, dan beberapa pihak memperkirakan setengah dari produk domestik bruto (PDB) China ada kaitannya dengan sektor properti.
"Properti merupakan inti dari ekonomi China. Dengan pelemahan Eropa dan stagnannya ekonomi AS, kontraksi yang terjadi di negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar di dunia ini akan membuat efek yang dramatis. Itu bukan cerita yang bagus," kata Ekonomi HIS Global Insight, Beijing, China, Alistarir Thornton
Comments
Post a Comment