Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2011

Siapa Banker...??

Siapa yang mencetak uang..?? Benarkah Pemerintahan kita melayani rakyat..?? Siapa yang mengendalikan harga barang, inflasi, deflasi..?? siapa yang membiayai Pemilu kita..?? Siapa yang menjadi pemodal calon wakil rakyat..?? Kepada siapa kita membayar pajak..?? Kepada Siapa Negara Indonesia Berhutang..??

Kenapa Pemerintah Tidak Ijin Saya saat Hutang

Indonesia memiliki setumpuk hutang luar negeri, mayoritas adalah dalam US dolar, sebagian lagi adalah dalam Yen. Ketika mendapatkan mata uang ini, pemerintah mengkonversi kembali ke rupiah dan kemudian menggunakan uang tersebut untuk membiayai proyek yang akan didanai oleh hutang tersebut. Katakanlah pemerintah meminjam 50 juta USD untuk membangun sekolah, memperbaiki jalan, dan memperbaiki sanitasi suatu daerah. Pertanyaan bagi kita adalah: "Bagaimana uang ini nantinya akan dikembalikan?" Kita tidak bisa membayar hutang dolar dengan rupiah, tidak bisa juga membayar Yen dengan rupiah. Dolar harus dibayar dengan dolar, Yen harus dibayar dengan Yen. Tentu saja, + bunga pinjaman yang juga dalam mata uang dolar atau Yen. Sekolah, jalan raya, dan infrastruktur tersebut tidak bisa serta merta menghasilkan dolar dan yen! Bunga pinjaman dalam mata uang dolar atau yen ini harus dikembalikan, dan satu-satunya cara mengembalikan adalah kalau kita menjual sumber alam atau p

SEBUAH PELAJARAN DARI JERMAN PASKA PERANG DUNIA I

“Kami tidak cukup bodoh untuk mencoba menciptakan sebuah mata uang yang dibacking oleh emas, yang memang tidak kami miliki lagi, tetapi setiap Mark yang akan kami cetak akan dibacking oleh pekerjaan dan barang yang nilainya setara… kami tertawa saat ahli finansial nasional memandang bahwa nilai dari sebuah mata uang adalah tergantung kepada emas dan sekuritas lain yang berada di ruangan besi bank.” - Adolf Hitler - Paska perang dunia I di Jerman, saat Hitler sedang berkuasa, negara itu sedang dalam kebangkrutan total. Perjanjian Versailles mewajibkan Jerman untuk membayar semua biaya reparasi perang, nilainya setara dengan tiga kali lipat nilai semua properti negaranya. Spekulasi terhadap mata uang Mark menyebabkan mata uang ini hancur, dan membawa Jerman menuju era hiperinflasi saat itu. Di puncak kejatuhannya, sebuah gerobak yang membawa 100 milyar Mark bahkan tidak bisa membeli sepotong roti. Tabungan negara sudah kosong, dan sejumlah besar rumah dan sawah diambil ali