Poultryindonesia.com, Pullorum merupakan penyakit menular pada ayam yang dikenal dengan nama berak putih atau berak kapur (Bacil White Diarrhea). Selain ayam, penyakit ini juga menyerang unggas lain seperti kalkun, puyuh, merpati, merak dan beberapa burung liar
Penyebab utamanya adalah bakteri Salmonella pullorum, yang tumbuh optimum pada temperatur 37 0C, sehingga penyakit ini lebih dikenal dengan penyakit pullorum. Bakteri Salmonella pullorum termasuk bakteri gram negatif.
Di Indonesia penyakit ini merupakan penyakit menular yang rutin ditemui. Meskipun segala umur ayam bisa terserang pullorum tapi angka kematian tertinggi terjadi pada anak ayam yang baru menetas. Angka kematian dapat mencapai 85% sedangkan pada ayam dewasa penyakit ini tidak menunjukkan gejala yang jelas, tetapi dapat menularkan pada ayam lain.
Gejala yang terlihat
Anak ayam yang menderita penyakit pullorum kelihatan seperti kedinginan walaupun pemanas dalam brooder cukup, bulu kusut, nafsu makan menurun, nafas sesak, sayap menggantung dan kaki ayam lemah (lumpuh). Kotorannya menempel di sekitar dubur berwarna putih, lama kelamaan mengering seperti kapur yang menutupi seluruh dubur (kloaka). Bila infeksinya melalui telur yang ditetaskan, maka penyakit tersebut akan timbul sangat cepat sehingga anak ayam akan mati pada hari kedua setelah menetas. Jika penularannya dari ayam lain, maka kematian anak ayam banyak terjadi setelah ayam berumur dua sampai tiga minggu. Bila anak ayam terinfeksi dalam darah yang akut maka akan menimbulkan kematian dini.
Pada ayam remaja dan ayam dewasa tidak banyak nampak gejala-gejalanya, kecuali diare (mencret) yang berwarna putih dan coklat kehijauan seperti pasta disekitar dubur (kloaka). Bila yang diserang ayam sedang bertelur produksi telur tidak teratur, begitu juga pada ayam bibit akan mempengaruhi fertilitas dan daya tetas rendah. Apabila anak ayam berhasil menetas sudah pasti anak ayam tersebut mengandung kuman pullorum.
Perubahan pada tubuh ayam
Induk ayam yang terserang penyakit pullorum dapat menyebab infeksi pada calon kuning telur, pengecilan pada limpa dan hati membengkak, begitu juga pada saluran pencernaan mengalami peradangan. Kadang-kadang jantung dan kantong empedu terlihat adanya benjolan-benjolan kecil berwarna abu-abu. Tetapi pada umumnya penyakit pullorum tidak dapat secara pasti ditentukan hanya melihat perubahan-perubahan yang ada. Penularan dapat melalui :
· Keturunan dari induk (telur). Ayam petelur merupakan pembawa penyakit terbanyak, karena telur dari ayam tersebut sudah mengandung kuman pullorum. Kalau telur ditetaskan, maka anak ayam yang menetas praktis sudah mengandung kuman penyakit tersebut dari induknya, sehingga anak ayam yang baru menetas sudah menyebarkan kuman ke anak ayam yang lain dalam mesin tetas atau yang dipelihara bersama dalam satu brooder melalui kotoran.
· Dari ayam ke ayam lain. Ayam menderita penyakit pullorum, apabila mematuk ayam yang sehat maka ayam tersebut sudah tertular kuman pullorum melalui darah yang terhisap. Penyebaran penyakit melalui cara ini sering kali terjadi.
· Makanan, minuman dan peralatan lain. Makanan, minuman dan peralatan lain yang tercemar kuman pullorum merupakan sumber penularan. Begitu juga dengan alat potong paruh yang kadang-kadang bisa menjadi sumber penularan dari anak ayam yang sakit pada anak ayam sehat.
Pencegahan dan pengobatan
Sanitasi dan tatalaksana pemeliharaan harus baik. Apabila ada ayam yang mati karena penyakit pullorum harus cepat dibakar atau dikubur dalam-dalam, sehingga kuman tersebut tidak menyebar ke mana-mana. Ayam yang terlanjur terserang penyakit pullorum harus diisolir (disendirikan), begitu juga menjaga kebersihan kandang, tempat makan/minum maupun membersihkan mesin tetas dengan kalium permanganat (biocid) sebagai obat pembasmi hama.
Pengobatan
Pengobatan secara efektif memang belum ada yang memuaskan. Namun untuk mengurangi kematian anak ayam bisa ditanggulangi dengan preparat yang mengandung sulfa dan antibiotik. Pemberantasan penyakit ini memerlukan waktu yang panjang dan biaya mahal, dan perlu diketahui furazolidone sering dipakai sebagai feed additive dalam ransum ayam dan diindikasikan sebagai obat pencegah penyakit coccidiosis, padahal obat ini lebih efektif sebagai zat anti bakteri yang menyerang segala unggas. Begitu pula dengan sulfamanida dapat diberikan dalam air minum, sebab ayam yang terinfeksi nafsu makannya menurun hanya mau minum saja. Preparat yang mengandung obat ini antara lain : New SQ Plus, Streptomycin, Coccilin kapsul, Sulfazid, Agribon, Sulfamix, Spitomycin, Penstrep, Trimezyn-S, Noxal dan lain-lain.
Obat-obatan ini hanya efektif untuk pencegahan kematian anak ayam, tapi tidak dapat menghilangkan infeksi penyakit tersebut.
PI/Hasan
Silahkan mengutip dan atau meng-copy isi tulisan ini dengan menyebutkan sumbernya : www.poultryindonesia.com
Penyebab utamanya adalah bakteri Salmonella pullorum, yang tumbuh optimum pada temperatur 37 0C, sehingga penyakit ini lebih dikenal dengan penyakit pullorum. Bakteri Salmonella pullorum termasuk bakteri gram negatif.
Di Indonesia penyakit ini merupakan penyakit menular yang rutin ditemui. Meskipun segala umur ayam bisa terserang pullorum tapi angka kematian tertinggi terjadi pada anak ayam yang baru menetas. Angka kematian dapat mencapai 85% sedangkan pada ayam dewasa penyakit ini tidak menunjukkan gejala yang jelas, tetapi dapat menularkan pada ayam lain.
Gejala yang terlihat
Anak ayam yang menderita penyakit pullorum kelihatan seperti kedinginan walaupun pemanas dalam brooder cukup, bulu kusut, nafsu makan menurun, nafas sesak, sayap menggantung dan kaki ayam lemah (lumpuh). Kotorannya menempel di sekitar dubur berwarna putih, lama kelamaan mengering seperti kapur yang menutupi seluruh dubur (kloaka). Bila infeksinya melalui telur yang ditetaskan, maka penyakit tersebut akan timbul sangat cepat sehingga anak ayam akan mati pada hari kedua setelah menetas. Jika penularannya dari ayam lain, maka kematian anak ayam banyak terjadi setelah ayam berumur dua sampai tiga minggu. Bila anak ayam terinfeksi dalam darah yang akut maka akan menimbulkan kematian dini.
Pada ayam remaja dan ayam dewasa tidak banyak nampak gejala-gejalanya, kecuali diare (mencret) yang berwarna putih dan coklat kehijauan seperti pasta disekitar dubur (kloaka). Bila yang diserang ayam sedang bertelur produksi telur tidak teratur, begitu juga pada ayam bibit akan mempengaruhi fertilitas dan daya tetas rendah. Apabila anak ayam berhasil menetas sudah pasti anak ayam tersebut mengandung kuman pullorum.
Perubahan pada tubuh ayam
Induk ayam yang terserang penyakit pullorum dapat menyebab infeksi pada calon kuning telur, pengecilan pada limpa dan hati membengkak, begitu juga pada saluran pencernaan mengalami peradangan. Kadang-kadang jantung dan kantong empedu terlihat adanya benjolan-benjolan kecil berwarna abu-abu. Tetapi pada umumnya penyakit pullorum tidak dapat secara pasti ditentukan hanya melihat perubahan-perubahan yang ada. Penularan dapat melalui :
· Keturunan dari induk (telur). Ayam petelur merupakan pembawa penyakit terbanyak, karena telur dari ayam tersebut sudah mengandung kuman pullorum. Kalau telur ditetaskan, maka anak ayam yang menetas praktis sudah mengandung kuman penyakit tersebut dari induknya, sehingga anak ayam yang baru menetas sudah menyebarkan kuman ke anak ayam yang lain dalam mesin tetas atau yang dipelihara bersama dalam satu brooder melalui kotoran.
· Dari ayam ke ayam lain. Ayam menderita penyakit pullorum, apabila mematuk ayam yang sehat maka ayam tersebut sudah tertular kuman pullorum melalui darah yang terhisap. Penyebaran penyakit melalui cara ini sering kali terjadi.
· Makanan, minuman dan peralatan lain. Makanan, minuman dan peralatan lain yang tercemar kuman pullorum merupakan sumber penularan. Begitu juga dengan alat potong paruh yang kadang-kadang bisa menjadi sumber penularan dari anak ayam yang sakit pada anak ayam sehat.
Pencegahan dan pengobatan
Sanitasi dan tatalaksana pemeliharaan harus baik. Apabila ada ayam yang mati karena penyakit pullorum harus cepat dibakar atau dikubur dalam-dalam, sehingga kuman tersebut tidak menyebar ke mana-mana. Ayam yang terlanjur terserang penyakit pullorum harus diisolir (disendirikan), begitu juga menjaga kebersihan kandang, tempat makan/minum maupun membersihkan mesin tetas dengan kalium permanganat (biocid) sebagai obat pembasmi hama.
Pengobatan
Pengobatan secara efektif memang belum ada yang memuaskan. Namun untuk mengurangi kematian anak ayam bisa ditanggulangi dengan preparat yang mengandung sulfa dan antibiotik. Pemberantasan penyakit ini memerlukan waktu yang panjang dan biaya mahal, dan perlu diketahui furazolidone sering dipakai sebagai feed additive dalam ransum ayam dan diindikasikan sebagai obat pencegah penyakit coccidiosis, padahal obat ini lebih efektif sebagai zat anti bakteri yang menyerang segala unggas. Begitu pula dengan sulfamanida dapat diberikan dalam air minum, sebab ayam yang terinfeksi nafsu makannya menurun hanya mau minum saja. Preparat yang mengandung obat ini antara lain : New SQ Plus, Streptomycin, Coccilin kapsul, Sulfazid, Agribon, Sulfamix, Spitomycin, Penstrep, Trimezyn-S, Noxal dan lain-lain.
Obat-obatan ini hanya efektif untuk pencegahan kematian anak ayam, tapi tidak dapat menghilangkan infeksi penyakit tersebut.
PI/Hasan
Silahkan mengutip dan atau meng-copy isi tulisan ini dengan menyebutkan sumbernya : www.poultryindonesia.com
Blog Pusat Sabung Ayam Filipina - Membahas Semua Yang Berhubungan Dengan Sabung Ayam...
ReplyDelete