Skip to main content

Akibat Perang Mata Uang

Currency war atau perang mata uang menjadi topik hangat di seluruh dunia sepanjang pekan lalu. Ancaman akan pecahnya perang mata uang ini menjadi semakin serius karena para pemimpin keuangan dunia termasuk didalamnya Bank Dunia dan IMF – dalam pertemuannya di Washington akhir pekan lalu – gagal mengatasi pertikaian dalam masalah daya beli uang kertas ini. Apa maknanya ini bagi kita ?.

Seperti ‘perang’ antar geng atau kelompok masyarakat yang akhir-akhir ini banyak terjadi di tanah air, ‘perang’ mata uang antar negara adalah perang yang sia-sia. Ada pepatah jawa yang pas untuk menggambarkan situasi ini yaitu Menang Ora Kondang, Kalah Ngisin- Ngisini ( menang tidak menjadikan terkenal, bila kalah memalukan).

Mengapa demikian ?, mari kita lihat contoh kasusnya yang konkrit pada pertempuran yang sedang terjadi antara Amerika dan China. Amerika terus berusaha menekan China agar secepatnya menaikkan nilai tukar mata uang mereka, karena para produsen di Amerika menuduh nilai tukar Yuan terlalu rendah sampai 40 % dari nilai yang seharusnya.

Akibat nilai tukar Yuan yang begitu rendah, barang-barang yang dihasilkan di China menjadi sangat competitive dibandingkan barang-barang yang diproduksi oleh negara lain – termasuk Amerika. Akibat produknya tidak bisa bersaing dengan barang-barang dari China, maka di Amerika jutaan lapangan kerja di sektor manufactur menghilang dan menjadikan negeri yang seharusnya makmur itu kini juga bergelimang dengan pengangguran.

Kekalahan ini tentu ngisin-ngisini bagi pemerintah Amerika sekarang – karena pemerintahan Obama ternyata juga tidak bisa menciptakan lapangan kerja baru atau bahkan tidak bisa pula sekedar mempertahankan lapangan kerja yang semula ada.

Lantas China yang lagi memenangi pertempuran tahap ini - belum tentu bisa memenangi perang mata uang ini nantinya. Kemengan China bahkan tidak membuatnya kondang di mata rakyatnya sendiri. Mata uang mereka yang rendah daya belinya – membuat jerih payah rakyat yang mayoritasnya adalah masyarakat pekerja tidak dihargai yang seharusnya. Apa artinya kenaikan penghasilan 5 % – 10 %, bila ternyata uang mereka 40% lebih rendah dari yang seharusnya ?.

Di mata masyarakat dunia-pun jelas China tidak kondang, selain dibenci (terutama oleh Amerika, Jepang dan negara-negara pesaing utamanya) , bila kondisi ini berlangsung terus – daya beli masyarakat di negara tujuan ekspor akan terus menurun hingga tidak mampu lagi membeli produk-produk China yang murah sekalipun. Bila ini terjadi, maka industri di China juga akan lumpuh karena tidak lagi bisa mengandalkan pasar ekspor yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian mereka.

Perang mata uang ini akan berakhir sia-sia, seperti akhir perang Barata Yudha – tidak jelas lagi siapa pemenang dan siapa pecundang-nya. Keduanya ludes bergelimang dengan korban perang ( pengangguran) dan kehancuran ekonomi.

Lantas apa yang bisa kita lakukan agar tidak terlibat dalam perang yang sia-sia ini dan juga tidak menjadi korbannya ?. Ada dua tingkatan yang seharusnya bisa kita lakukan yaitu di tingkat pemerintah dan di tingkat masyarakat itu sendiri.

Di tingkat pemerintah, agar tidak terlalu fokus menghabiskan energi ikut bermain di daya beli mata uang. Sebaliknya pemerintah hendaknya fokus pada daya saing industri secara riil. Mumpung negara-negara lain sibuk dengan mata uangnya, kita sibuk mendandani kendala-kendala di infrastruktur industri dan segala macam peraturan yang membuat Indonesia terpuruk ke ranking 122 dalam tingkat kemudahan berusaha.

Di tingkat masyarakat, agar memperbanyak atau meningkatkan kemampuan untuk menciptakan lapangan kerja buat minimal dirinya sendiri – syukur-syukur bisa menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Kemampuan ini menjadi semakin penting karena ‘pasca perang Barata Yudha’ akan banyak sekali korbannya, yaitu pabrik-pabrik yang tutup, perusahaan yang bangkrut dan pengangguran yang semakin meraja lela.

Manfaat kedua dari tumbuhnya entrepreneurship masyarakat adalah berubahnya asset tabungan masyarakat dari yang semula bersifat finansial (tabungan, deposito, dana pensiun, asuransi dlsb.), menjadi asset riil berupa barang dagangan, stok bahan baku, stok produk dan berbagai asset produktif lainnya – yang insyaAllah akan lebih mampu bertahan (nilainya) dibandingkan dengan asset finansial.

Perang mata uang meskipun tanpa deklarasi resmi – diakui atau tidak oleh para pelakunya – faktanya kini tengah terjadi. Dan sebagaimana sejarah membuktikannya, perang pasti berakhir. Yang belum pasti adalah akan seperti apa akhir dari peperangan ini, seperti apa wajah dunia saat itu ?, seperti Hiroshima dan Nagasaki-kah ?. Bisa jadi demikian, maka berbagai pihak kini bersiap menghadapinya.

Melihat fakta sejarah, dimana Amerika tega dan nekat menjatuhkan bom atom Little Boy di atas Hiroshima (6/8/45) dan Fat Man di atas Nagasaki (9/8/45) yang keduanya membunuh sekitar 250,000-an orang tidak terkecuali bayi, wanita dan orang-orang jompo, maka untuk mengakhiri perang mata uang ini – sangat mungkin Amerika bisa melakukan hal yang nekat dan tega lagi – dengan mengorbankan kepentingan bangsa-bangsa lain di dunia.

Kondisinya sekarang adalah Amerika sudah geregetan dengan mitra-mitra dagang utamanya seperti China, Jepang, Korea, Thailand dan bahkan Swiss yang gemar melakukan intervensi pasar uang untuk menekan nilai mata uangnya. Dampak dari deficit perdagangan dengan negara-negara tersebut – yang di trigger oleh tidak competitive-nya US$, konon kini tingkat pengangguran di Amerika mencapai 17.1 % berdasarkan U6 Index terakhir dengan trend menaik.

Kali ini bukan bom atom yang akan dijatuhkan, tetapi bisa saja berupa apa yang disebut Quantitative Easing 2 (QE 2). Bila QE 1 yang mereka lakukan di puncak krisis 2008/2009 bersifat darurat untuk mencegah ekonomi negeri itu terjuh bebas, QE 2 ini akan menjadi alat Amerika untuk sembuh dari penyakit kronis dalam system ekonominya.

QE 2 yang akan berdampak pada penurunan nilai tukar US$ yang significant, bisa jadi akan menyembuhkan penyakit kronis negeri itu – tetapi akan menjadi musibah bagi negara-negara lain. Tidak hanya ekspor mereka ke Amerika menjadi tidak lagi kompetitif, tetapi juga kekayaan mereka (cadangan devisa) yang mayoritasnya masih dalam bentuk US$ - akan hancur nilainya.

Hikmahnya adalah dari puing-puing kehancuran perang mata uang ini, dunia akan belajar bahwa mereka tidak lagi bisa mengandalkan mata uang suatu negara untuk menjadi reserve currency. Ketika negara yang mata uangnya diandalkan untuk reserve currency tersebut berbuat sewenang-wenang terhadap uangnya, negara-negara lain di dunia yang terkena getahnya.

Maka beberapa otoritas keuangan dunia yang paham betul situasi yang dihadapi, mulai mewacanakan mata uang baru global yang tidak tergantung oleh mata uang suatu negara. Wacana ini misalnya teleh dilontarkan oleh pemimpin China maupun Perancis – meskipun keduanya menyangkal bahwa keduanya telah berkoordinasi sebelumnya.

Bahkan menteri keuangan Perancis Christine Lagarde baru-baru ini menyatakan bahwa Perancis akan menggunakan kesempatan G20 presidency mereka untuk mengganti Dollar. Secara specific dia mengusung Bancor yaitu gagasan mata uang global dari ekonom kondang Keynes di tahun 1940-an. Berbeda dengan Special Drawing Rights (SDRs) –nya IMF yang mendasarkan nilainya pada seklompok mata uang kuat dunia, Bancor mendasarkan nilainya pada sekelompok komoditi metal khususnya.

SDRs maupun Bancor nampaknya akan menjadi preferensi bank-bank sentral dunia untuk antisipasi dampak dari perang mata uang yang tengah berlangsung ini. Tetapi preferensi sentral bank tidak berarti juga preferensi pasar. Pasar akan lebih comfortable dengan emas sebagai uang global ketimbang SDRs maupun Bancor tersebut.

Pendapat bahwa emas akan lebih disukai sebagai uang global ini misalnya diungkapkan oleh Jims Rickards konsultan investasi terkenal yang kliennya tidak hanya dari kalangan korporasi swasta, investment banks dlsb., tetapi juga dari kalangan pemerintahan seperti national security and defense-nya Amerika.

Walhasil perang mata uang secara global ini nantinya akan menyisakan dua pihak saja di partai final yang akan bertarung, yaitu uang kertas global yang akan terwakili oleh SDRs, Bancor atau sejenisnya di satu pihak dan uang emas seperti Dinar dan sejenisnya di pihak yang lain.

Seperti pendapat Jim Rickards yang mewakili pasar, sudah barang tentu saya juga menjagokan uang emas khususnya Dinar yang akan keluar sebagai pemenang pada akhirnya. Emas atau Dinar sebagai uang yang fitrah selama ribuan tahun, tidak ada alasan untuk tidak menjadi uang kembali di masa kini dan masa mendatang.

Bagi Anda yang sudah mengenal Dinar sejak tiga tahun ini misalnya, beruntunglah Anda – bukan hanya karena nilainya telah berlipat dua atau lebih, tetapi juga karena Anda telah melangkah lebih dahulu – mendahului jamannya - jaman uang kembali ke emas (Dinar) atau perak (Dirham). Wa Allahu A’lam.

sumber: geraidinar.com

Comments

Popular posts from this blog

Bagaimana Membedakan Ayam Serama & Kate

Bagi pemula tentu akan sedikit kesulitan membedakan ayam serama dan kate. Apalagi jika bertemu dengan ayam kate yang juga mini size. Ciri2 Ayam Serama Berikut perbedaan dari keduanya. Tentang Ayam serama: 1. Dipercaya berasal dari kelantan malaisia 2. hasil persilangan dari berbagai jenis ayam 3. Nama serama berasal dari kata Sri Rama dan pada mulanya hewan ini hanya dipelihara dikalangan istana saja. 4. Bisa berumur hingga 15 tahun 5. Berat ideal adalah dibawah 400 gram atau 0,4 kg. 6. Ciri serama yang bagus adalah ekor yang cantik, berdada tegak kepak syap lurus ke bawah. 7. Hewan peliharaan yang jinak, manja dan mengenai pemeliharanya. 8. Mempunyai gelagat yang menarik, seperti berjalan mundur kebelakan. Meskipun berperawakan kerdil, unggas ini pantang minder. Ia senang bergaya petentang-petenteng dan tak ragu berkokok lantang. Serama diklaim sebagai ras ayam terkecil di dunia. Anggapan bahwa kate adalah jenis ayam terkecil nampaknya sudah kedaluarsa dan tak berl

Denah Rumah Minimalis 2 Lantai Type 130, 145, 175, 210, 220

Berikut ini denah rumah minimalis 2 lantai Type 130, 145, 175, 210, 220 perumahan The Paradise Yogyakarta. mungkin bisa menimbulkan ide bagi teman-tem..

Mitos Jambu biji, jus kurma, angkak, guava, dan pocari sweat pada Penderita DB

ini ciri demam berdarah..warning!!(dari pengalaman terakhir beberapa hari yang lalu)diambil dari blog sebelah Gw baru sembuh dari DBD beberapa hari yang lalu. Gw kena DBD dari awal sampe sembuh memakan waktu kurang lebih 8 hari. Gw bisa gambarin apa yang gw alamin secara detail, supaya kalo elu ada yang mengalami gejala yang sama, lu bisa waspada. Sekarang nyamuk demam berdarah udah canggih, udah ngga ada bintik2 merah lagi. katanya nyamuk itu udah berevolusi akibat fogging, dan pembasmian. mereka udah ngga lagi memberi efek bintik merah, kalopun ada, susah keliatannya. Jadi....hati2. hanya karena ngga ada bintik merah, bukan berarti lu ngga kena demam berdarah. HARI PERTAMA: Badan panas dan perut mual. Tulang rasanga pegel-pegel (kayak nguli seminggu nonstop) terutama di bagian punggung. Bawaannya ngga enak dan seperti mau mati. Terus-terusan berbaring di tempat tidur, dan setiap bangun rasanya badan mau rontok. Setiap elu mau makan, ada rasa enek yang sangat besar. setiap abis makan