Skip to main content

Keindahan Flamboyan

MASA berbunganya memang tergolong jarang, sekali dalam setahun. Persisnya terjadi pada masa pancaroba, pera-lihan dari musim kemarau ke musim hujan. Saat itulah, bu-nganya bermekaran. Namun, karena tampilannya yang luar biasa menawan, orang selalu menanti dan merindukan kehadiran bunganya. Apalagi, setiap kali bunga bermekaran, akan tercipta suasana romantis, saat yang tepat untuk rendezvous. Itulah flamboyan, pohon legendaris yang oleh kalangan pencinta tanaman hias dikenal sebagai “tanaman terindah di dunia”.

Terdapat banyak julukan yang diberikan orang sebagai bentuk kecintaan dan kekaguman terhadap bunga yang bernama Latin Delonix regia itu. Orang Indonesia menyebutnya flamboyan, yang diadaptasi dari kata flamboyant (bahasa Prancis) yang bermakna “cemerlang”. Kalangan ilmiah menyebutnya Royal Poinciana. Orang India menyebutnya dengan gulmohar. Julukan lainnya adalah “flame of the forest”, “flame tree”, atau bersama-sama dengan mawar dijuluki juga sebagai “queen of the flame”.


Di luar julukannya itu sendiri, istilah flamboyan juga menjadi sebutan untuk orang atau situasi tertentu. Ada istilah “flamboyant personality” untuk menyebut pribadi yang cemerlang. Ada juga “flamboyant colors” untuk menggambarkan warna yang semarak dan penuh bunga. Atau “flambo-yant speech” untuk menyebutkan situasi pidato atau pembicaraan seseorang yang penuh dengan bunga bahasa.


Penuh warna

Flamboyan adalah tanaman hias berbentuk pohon dengan perilaku unik dan penuh warna. Tingginya bervariasi dengan paling tinggi mencapai 12 meter. Ia menyukai tempat terbuka dan cukup sinar matahari. Batangnya licin, berwarna cokelat kelabu dengan teras sangat keras, berat, dan tahan air atau serangga. Akarnya cukup kuat sehingga jika ditanam di trotoar bisa mengangkat permukaan trotoar atau jalan. Bentuk pohonnya yang bercabang banyak dan melebar seolah membentuk payung raksasa. Dengan bentuk daun majemuk dan rapat, menciptakan kerimbunan yang khas dan memberikan kerindangan, serta kenyamanan bagi siapa pun yang berteduh di bawahnya.

Daun-daunnya akan terus menghijau sepanjang musim hujan hingga awal musim kemarau. Barulah ketika memasuki pertengahan kemarau, daun-daun flamboyan berguguran. Bahkan beberapa batang dan rantingnya me-ngering, meranggas, lalu patah. Saat itu, flamboyan tampak seperti pohon yang kurus dan gundul. Tampaknya, inilah cara alami flamboyan beradaptasi dengan perubah-an lingkungannya.


Namun, begitu air mulai tercurahkan dari langit dan musim hujan tiba, flamboyan yang tampak kering dan meranggas itu bergairah. Mereka pun seolah menebar “senyum” lewat kemunculan bunga-bunga berwarna jingga dan merah. Ya, ketika musim hujan tiba, bunga flamboyan bermekaran serentak. Periode inilah yang banyak ditunggu pencinta bunga, yang selama hampir setahun dengan sabar menanti kemunculan kembali sang pohon cemerlang itu menampakkan bunganya.


Bunga flamboyan berukuran cukup besar, berbentuk seperti anggrek dan mekar dalam sebuah kumpulan yang padat dan rapat. Warnanya antara merah jingga hingga merah tua (scarlet). Dalam satu kumpulan terdapat lima helai mahkota bunga yang menyebar, di mana salah satunya tampak berbeda dari empat mahkota lainnya. Inilah yang disebut dengan “standar” di mana ukurannya tampak lebih panjang dan ditandai oleh bintik-bintik putih atau kuning pada sisi bagian dalam. Rata-rata panjang tiap helai mahkota bunga 8 cm.


Keindahan bunga flamboyan akan tampak jika bunga itu masih di pohon dalam bentuk “gerombolan”. Jika dilihat satu per satu, bunganya tampak kurang menarik. Namun, untuk bisa menyaksikan kecerlangan bunga flamboyan memang harus pandai mencari waktu yang tepat. Bunga flamboyan biasanya terlihat paling cemerlang pada minggu pertama kemunculannya. Pada saat langit cerah dan matahari bersinar terang, warna merah jingga menyala memendarkan cahaya berkilauan. Birunya langit yang menghampar luas, seolah menjadi latar belakang yang menciptakan kontras dari sebuah lukisan alam dengan warna merah bunga flam-boyan sebagai objeknya. Saat itulah, kita akan menyaksikan panorama alam yang luar biasa menakjubkan, sebuah gambar hasil ciptaan Tuhan yang tak mungkin bisa ditandingi siapa pun.


Sayangnya, periode penuh keindahan itu hanya sebentar. Begitu memasuki minggu berikutnya, kecerlangan bunga flamboyan mulai luntur. Kita hanya akan menyaksikan warna pastel yang lebih lembut dan merah tua yang sudah redup. Penampakan bunganya mulai membosankan. Apalagi kemudian, satu per satu bu-nganya berguguran, berjatuhan, dan berserakan di atas rerumputan atau aspal jalan. Meski demikian, musim bunga flamboyan yang berlangsung antara bulan Oktober hingga Desember itu tetap menghadirkan suasana romantis. Bagi sebagian masyarakat kita—entah berhubungan langsung atau tidak—periode tersebut sering pula disebut musim kawin atau bercinta.


Seiring berjalannya musim hujan dan rontoknya bunga, flamboyan pun berganti warna penampilan, dari merah ke hijau. Inilah periode kemun-culan daun-daunnya yang secara perlahan mengalami evolusi dari warna hijau muda menjadi hijau tua cerah. Daunnya tergolong daun majemuk, berbentuk seperti pakis, ringan, dan lembut. Daunnya terbagi dalam dua tangkai (pinnate), tangkai utama (pinnae) dan tankai skunder (pinnules). Panjang daun mencapai 30-50 cm. Dalam satu daun terdapat 20-40 pasang pinnae dan 10-20 pasang pinnules.


Setelah bunga rontok, putiknya berubah menjadi buah yang berbentuk seperti pedang (polong). Saat masih muda, warna buahnya hijau muda cerah, namun saat ke-ring dan tua, akan berubah menjadi cokelat dan hitam. Panjang buah bisa mencapai 60 cm dan lebar 5 cm. Meski buahnya berbentuk polong besar, bijinya tergolong kecil dengan berat tiap biji rata-rata 0,4 gram. Bijinya bisa ditanam untuk menghasilkan tanaman baru, namun biasanya budi daya flamboyan dilakukan dengan cara stek batang atau cangkok karena alasan kepraktisan.


Belum populer

Di sejumlah negara, flambo-yan sudah menjadi komoditas penting sebagai tanaman hias yang diperdagangkan. Di Indonesia sebenarnya tanam-an ini juga sudah cukup banyak dikenal dan dibudidayakan di berbagai tempat. Namun, umumnya masyarakat kita menanam flamboyan lebih karena alasan fungsinya sebagai peneduh yang cepat tumbuh. Di beberapa kompleks perumahan atau trotoar jalan, pohon flamboyan mudah dijumpai. Sedangkan menjadikan flamboyan sebagai tanaman hias demi terciptanya keindahan, harus diakui masih sangat kurang.


Karena lebih ke alasan fungsional sebagai peneduh, tanaman flamboyan sering ditanam cul leos, alias setelah tumbuh, ya sudah, dibiarkan hidup sendiri, tanpa mendapat pera-watan atau pemeliharaan sebagaimana layaknya dilakukan terhadap tanaman hias. Tak jarang, tanaman pun bisa tumbuh menjulang tinggi dan tak terawat. Padahal, de-ngan perlakuan yang tepat melalui pemangkasan yang teratur, kita bisa menghasilkan bentuk tanaman yang tidak terlalu tinggi. Atau sistem penanaman yang berjejer teratur. Sehingga saat musim bunga tiba, kita bisa menyaksikan keindahannya lebih leluasa. Sambil menikmati kemun-culan bunganya, kita juga akan tahu bunga itu sebagai pertanda, musim hujan sudah tiba.

Saat ini, masa berbunga flamboyan memang sudah lewat. Jika pun masih ada, hanya satu dua bunga yang tumbuh di antara hijaunya daun-daunnya yang rimbun. Keindahannya sudah jauh berkurang. Jika ingin menyaksikan kecerlangan bunga flamboyan, kita harus menunggu hingga Oktober tahun depan. Ya, seperti sang dara dalam syair lagu Bimbo, semoga saja esok lusa, Oktober nanti, bunga flamboyan akan bersemi kembali, dan kita bisa menyaksikan keindahannya yang memukau.

sumber: www.suaramerdeka.com


Comments

Popular posts from this blog

Bagaimana Membedakan Ayam Serama & Kate

Bagi pemula tentu akan sedikit kesulitan membedakan ayam serama dan kate. Apalagi jika bertemu dengan ayam kate yang juga mini size. Ciri2 Ayam Serama Berikut perbedaan dari keduanya. Tentang Ayam serama: 1. Dipercaya berasal dari kelantan malaisia 2. hasil persilangan dari berbagai jenis ayam 3. Nama serama berasal dari kata Sri Rama dan pada mulanya hewan ini hanya dipelihara dikalangan istana saja. 4. Bisa berumur hingga 15 tahun 5. Berat ideal adalah dibawah 400 gram atau 0,4 kg. 6. Ciri serama yang bagus adalah ekor yang cantik, berdada tegak kepak syap lurus ke bawah. 7. Hewan peliharaan yang jinak, manja dan mengenai pemeliharanya. 8. Mempunyai gelagat yang menarik, seperti berjalan mundur kebelakan. Meskipun berperawakan kerdil, unggas ini pantang minder. Ia senang bergaya petentang-petenteng dan tak ragu berkokok lantang. Serama diklaim sebagai ras ayam terkecil di dunia. Anggapan bahwa kate adalah jenis ayam terkecil nampaknya sudah kedaluarsa dan tak berl

Denah Rumah Minimalis 2 Lantai Type 130, 145, 175, 210, 220

Berikut ini denah rumah minimalis 2 lantai Type 130, 145, 175, 210, 220 perumahan The Paradise Yogyakarta. mungkin bisa menimbulkan ide bagi teman-tem..

Mengatur Sirkulasi Cahaya & Udara Rumah Sehat

Ketika akan membangun rumah, semua orang tentunya mengharapkan jika rumah yang dibangun tersebut nantinya bisa memenuhi dan disebut sebagai rumah yang indah, sehat dan nyaman. Untuk aspek keindahan tentunya bersifat relatif, karena pandangan seseorang biasanya tidak sama jika menyangkut soal keindahan bangunan. Tapi jika menyangkut aspek kesehatan, biasanya standarnya adalah seragam. Dalam hal ini, kita mungkin akan sepakat bila rumah yang sehat itu memenuhi beberapa kriteria, diantaranya: sirkulasi udara yang baik, ruangan yang mendapat cukup cahaya alami dari matahari, tata letak ruangan yang memudahkan pergerakan penghuni untuk beraktifitas, tersedianya lahan terbuka untuk menanam tanaman, dsb. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang membangun rumah sehat dengan tinjauan pada sirkulasi udara (penghawaan) dan pencahayaan alami pada ruangan-ruangan didalam rumah tersebut. Sirkulasi Udara (Penghawaan) Sistem sirkulasi udara pada bangunan rumah tinggal biasanya didapatkan me